KARYA
ILMIAH
PENGELOLAAN SAMPAH PASAR DENGAN
METODE DESTILASI
Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknik Menulis Karya
Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh :
NURYANA
NIM :
PROGRAM
STUDI S1 PGSD
POKJA
KOTARAYA
UPBJJ
: 082/PALU
2013
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penelitian ilmiah berjudul……ini dapat
terselesaikan. Penulis sangat tertarik untuk ikut serta memikirkan masalah
lingkungan hidup yang semakin tidak terkendali, khususnya masalah sampah baik
secara teknik maupun secara sistemik.
Seiring
dengan berkembangnya pembangunan di Indonesia, tidak terasa masalah-masalah
lingkungan pun bermunculan, hal ini tentunya tidak dibiarkan demikian saja
karena di lain pihak akan menimbulkan dampak yang merugikan. Usaha pemulihan
kembali masalah lingkungan memang ada, tetapi usaha itu perlu ditingkatkan
lagi, khususnya pada penekanan pengolahan dan sistem yang efektif dan efisien
dalam penanganan sampah/limbah yang dihasilkan dari aktivitas kehidupan
masyarakat, khususnya dalam menata kembali manajemen operasinya.
Dalam
penulisan karya tulis ini, merupakan langkah awal penulis untuk senantiasa
peduli dan prihatin dengan permasalahan sampah yang terjadi serta mampu
berpikir secara sistemik dalam penanganan sampah dan manajemen operasinya yang
semakin menghantui kehidupan manusia. Dan besar harapan penulis, karya tulis
ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan mendapat tindak lanjut untuk evaluasi
pada tahap kegiatan kedepan.
Tinombala, 24 Mei
2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................... i
Kata
Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
.................................................................................. 1
1.1.
Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2.
Identifikasi Masalah .............................................................. 2
1.3. Batasan Masalah
................................................................... 3
1.4.
Perumusan Masalah .............................................................. 3
1.5 Maksud dan Tujuan ............................................................... 4
1.6 Peralatan Praktikum .............................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 7
3.1. Metode Penelitian ................................................................ 7
3.2. Bahan Penelitian ................................................................... 7
3.3 Alat Praktikum ....................................................................... 7
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................... 9
3.5 Kesulitan-kesulitan ................................................................. 10
BAB IV HASIL PEMBAHASAN ........................................................................ 11
4.1 Sumber sampah ..................................................................... 11
4.2 Sistem Pengelolaan Sampah Pasar Baru Bekasi
Saat Ini....... 12
4.3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ......................................... 13
4.4 Sistem Pengelolaan
Sampah Dengan
Metode Fermentasi dan Destilasi ......................................... 14
4.5 Proses Pengomposan ............................................................. 15
4.6 Manfaat Kompos ................................................................... 21
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 22
4.1. Kesimpulan ............................................................................ 22
4.2. Saran ...................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hingga saat ini sampah masih menjadi masalah serius
diberbagai kota besar di Indonesia. Sistem penanganan sampah kota yang ada
sekarang masih mengandalkan pada Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) sebagai
tempat pembuangan sampah, mulai dari tingkat rumah tangga hingga kecamatan.
Persoalan dalam penanganan sampah kota, selain adanya keterbatasan ruang untuk
TPA juga masalah polusi udara dari aroma tidak sedap sampah dan belum optimalnya pemanfaatan sampah
organik dan non organik menjadi sesuatu yang memiliki nilai positif baik dari
sisi ekonomi maupun lingkungan. Selain itu tempat pembuangan sampah yang jauh
juga dapat membuat anggaran pengelolaan sampah membengkak, karena semakin jauh
semakin besar pula biaya transportasinya.
Karena masalah ini pula penulis mencoba menggali potensi
dari sampah organik yang terdapat di pasar untuk diolah menjadi bahan lebih
mempunyai manfaat daripada hanya di buang begitu saja dan tidak memberikan
dampak positif.
Ide ini di ilhami
karena rasa keprihatinan penulis terhadap sampah pasar, khususnya yang terdapat
di Pasar Baru Kota Bekasi karena kebetulan dekat dengan sekolah penulis. Setiap
pagi setidaknya 60m³ terbuang begitu saja tanpa memberikan manfaat dan parahnya
lagi membuat masalah semakin besar Karena pemerintah kota menganggarkan dana yang
sangat besar bagi pengelolaan sampah pasar tersebut.
Sebenarnya pengelolaan sampah modern sudah akan di buat
tetapi dari sistem pengelolaan ini menurut penulis dapat mematikan mata
pencaharian para pemulung karena pada sistem ini sampah organik dan non organik
di campur dan di bakar tanpa menyisakan sedikitpun untuk para pengumpul barang
bekas. Selain itu metode dengan membakar sampah non organik dapat
mengeluarkan polutan yang sangat berbahaya.
Dari beberapa cara pengelolaan secara modern, metode ini
lebih efisien karena hanya mengelola limbah organik tanpa “merebut jatah” para
pengepul barang bekas. sehingga para
pemulung maupun pengepul barang limbah non organik tidak kehilangan mata
pencaharian. Berdasarkan penelitian penulis terhadap pengepul barang
bekas dalam satu hari dapat mendapatkan penghasilan yang dapat menghidupi keluarganya secara
berkecukupan.
Melalui cara ini diharapkan setidaknya masalah
persampahan dapat dipecahkan, disamping itu proses daur ulang limbah yang ada
dapat bermanfaat untuk bahan baku sektor industri manufaktur (untuk sampah non
organik), industri pertanian /agribisnis, maupun untuk penataan pertamanan dan
penghijauan kota (untuk sampah organik).
Hasil
dari penelitian ini memberikan beberapa manfaat, antara lain :
ü Mengurangi
pencemaran lingkungan, baik karena bau sampah maupun karena limbah cair dan padat yang berbahaya.
ü Mengoptimalkan
pemanfaatan sampah organik dan non organik yang berasal dari sampah pasar
sehingga memberikan nilai tambah yang lebih berguna.
ü Dapat
menjadi contoh kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
ü Memanfaatkan
limbah non organik untuk didaur ulang kembali sebagai bahan baku industri
(plastik, kertas, kaca dsb.), sehingga dalam jangka panjang dapat mengurangi
ketergantungan pada impor bahan baku industri.
ü Limbah
organik akan lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi karena mampu
menghasilkan alkohol yang dapat di gunakan untuk dijadikan bahan bakar.
ü Di
peroleh kompos / pupuk organik dari proses pengeringan yang bermanfaat untuk sektor pertanian yang ramah lingkungan
Walaupun bukan satu-satunya cara
dalam menghemat APBD untuk pengelolaan sampah pasar dan dalam rangka menjaga
lingkungan, tapi penulis harapkan dapat menjadi salah satu cara dalam
menghadapi persoalan yang ada karena sampah yang di hasilkan oleh suatu pasar
juga dapat bermanfaat.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah
disampaikan, maka identifikasi masalah yang dapat penulis sampaikan antara lain
:
a.
Masalah sampah pasar yang sangat besar
karena menelan dana sangat besar untuk pengelolaanya.
b.
Akibat yang ditimbulkan akibat sampah
yang tidak dikelola dengan baik atau sampah yangtidak terangkut.
c.
Sistem pengelolaan sampah saat ini yang
tidak efisien.
d.
Sistem pengelolaan sampah yang baik
dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
e.
Peluang usaha yang ada dalam mengelola
sampah.
f.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga lingkungan.
g.
Solusi yang dapat mengurangi
permasalahan.
1.3 Batasan Masalah
Batasan penelitian ini adalah
pemanfaatan limbah organik yang diproses secara fermentasi dan destilasi untuk
mendapatkan alkohol, dan proses pengomposan sebagai pupuk. Dalam upaya
mengatasi masalah sampah yang semakin hari semakin rumit dalam pengelolaanya
maupun dampak buruk bagi lingkungan.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang,
identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka perumusan masalahnya adalah
“Metode apa yang dapat dijadikan sebagai solusi atas masalah yang ditimbulkan
oleh sampah pasar ?”.
1.5 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan karya tulis
ini adalah penyampaian tinjauan pemanfaatkan limbah organik khususnya limbah
pasar yang di konversikan menjadi alkohol melalui proses destilasi dan
sisa/ampas dari buah dan sayuran yang dapat dijadikan pupuk.
Tujuan dari karya tulis ini
adalah untuk menyampaikan gambaran dari proses fermentasi dan destilasi limbah
organik sampah pasar, dan diharapkan menjadi salah satu metode untuk mengatasi
masalah sampah pasar. Karena masalah yang ditimbulkan oleh sampah banyak sekali
dampak negatifnya apabila tidak dikelola dengan benar dan efisien.
1.6 Peralatan Praktikum
Alat yang di gunakan untuk
praktikum destilasi limbah organik menjadi alkohol dilaboratorium adalah :
- Labu destilasi,
berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat
cair yang akan di destilasi.Terdiri dari :
Ø Labu dasar bulat.
Ø Labu erlenmeyer khusus untuk destilasi atau refluks.
- Steel Head,
berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk
ke alat pendingin (kondensor), dan biasanya labu destilasinya sudah dilengkapi
dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
3. Thermometer,
biasanya digunkan untuk mengukur suhu uap zat cair yang
didestilasi selama proses destilasi berlangsung, dan seringnya thermometer yang
digunakan harus,
- Berskala
suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
- Ditempatkan
pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE
sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor.
- Kondensor,
memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar,
yaitu Untuk aliran uap hasil reaksi dan lubang untuk air pendingin.
- Labu
didih,
biasanya selalu berasa atau keset, yang berfungsi untuk
sebagai wadah sampel. Contohnya untuk memisahkan alkohol dan air.
Memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar.
- Pipa dalam = pipa destilasi
7. Adaptor
(Recervoir Adaptor),
berfungsi untuk menyalurkan hasil destilasi yang sudah
terkondisi untuk disalurkan ke penampung yang telah tersedia.
1.7 Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian yang
dilakukan oleh penulis yaitu, memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah pasar
yang didestilasi menjadi alkohol dan pupuk tanaman, sehingga limbah/sampah
tetap dapat memberikan manfaat dan dengan metode ini, penulis yakin dapat
menekan dana untuk anggaran pengelolaan sampah pasar. Selain itu dapat
membiasakan masyarakat untuk mengelola limbahnya sendiri dan menerapkan secara
langsung dan mudah proses 3R.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Fermentasi adalah proses
produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.
Reaksi dalam
fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk
yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6
→ 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang
dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai
Jalur biokimia
yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi
umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian
besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang
dihasilkan.
Fermentasi makanan
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang
sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada
makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah
metode eksperimen dan deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan
diLaboratorium SMA Bani Saleh Kota Bekasi. Metode penelitian ini bersifat uji
laboratorium dengan menekankan pada uji bakteri, dan temperatur yang optimal
untuk di dapatkan akohol yang berkadar tinggi. Sedangkan untuk uji kadar
alcohol yang didapat, sample hasil diuji oleh Laboratorium Kimia Skofindo.
3.2 Bahan Penelitian
Bahan yang penulis gunakan sebagai sample untuk uji coba dilaboratorium
adalah:
- Buah
dan sayuran busuk sisa dari proses jual beli yang penulis dapatkan di
Pasar Baru Bekasi.
- Ragi
untuk proses fermentasi.
3.3 Alat Praktikum
Alat yang digunakan untuk proses fermentasi dan pengomposan, yaitu :
- 1(satu) buah drum untuk proses
fermentasi.
- 1(satu) buah drum untuk prose
pengomposan.
Sedangkan alat yang di gunakan untuk praktikum
destilasi limbah organik menjadi alkohol dilaboratorium adalah :
- Labu
destilasi,
berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat
cair yang akan di destilasi.
Terdiri dari :
Ø Labu dasar bulat.
Ø Labu erlenmeyer khusus untuk destilasi atau refluks.
- Steel
Head,
berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk
ke alat pendingin (kondensor), dan biasanya labu destilasinya sudah dilengkapi
dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
- Thermometer,
biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang
didestilasi selama proses destilasi berlangsung, dan seringnya thermometer yang
digunakan harus,
- Berskala suhu tinggi yang diatas
titik didih zat cair yang akan didestilasi.
- Ditempatkan pada labu destilasi
atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa
penyalur uap ke kondensor.
- Kondensor,
memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar,
yaitu Untuk aliran uap hasil reaksi dan lubang untuk air pendingin.
- Labu
didih
Biasanya selalu berasa atau keset, yang berfungsi untuk
sebagai wadah sampel. Contohnya untuk memisahkan alkohol dan air.
Memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar.
- Pipa
dalam = pipa destilasi
7. Adaptor (Recervoir Adaptor),
berfungsi untuk menyalurkan hasil destilasi yang sudah
terkondisi untuk disalurkan ke penampung yang telah tersedia.
8.
Mantel,
berfungsi untuk memanaskan bahan didalamnya.
3.4 Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian yang penulis lakukan saat
proses fermentasi, yaitu :
- Siapkan
sample sampah pasar.
- Tambahkan
ragi pada sampah tersebut.
- Diamkan selama 9 hari.
Setelah proses fermentasi dilakukan, pemerasan cairan
dilakukan pada sampah tersebut dan cairan yang keluar selama proses fermentasi
ikut ditampung dalam suatu wadah atau dapat pula menggunakan jeriken, kemudian
setelah cairan didapatkan sebagian sample diambil untuk dilakukan uji kadar alkohol
dan sebagian lagi dilakukan proses destilasi untuk mendapatkan alcohol dengan
kadar yang lebih tinggi.
Pada penelitian kali ini dari berbagai macam metode
destilasi, penulis menggunakan metode destilasi bertingkat. Prosedur penelitian
yang penulis gunakan saat proses destilasi, yaitu :
- Siapkan sampel, ukuran maximum 1l,
masukkan kedalam batu didih. Pasangkan dengan alat destilasi dengan posisi
miring.
- Pada leher batu didih dan pada
sambungan diberi vaselin untuk melicinkan, sehingga pada saat selesai
kerja dapat dibuka tanpa pecah dan untuk menghindari pemuaian.
- Selang dimasukkan pada celah masuk
dan celah keluar. Celah masuk terhubung dengan pompa aquarium, celah
keluar dihubungkan dengan wadah tempat pembuangan erlenmeyer sebagai wadah
tampungan dibawah.
- Nyalalakan pompa aquarium, air
akan masuk mengisi kondensor, air harus berjalan terus, air harus keluar dari celah yang menunjukkan
bahwa kondensor berisi penuh.
- Hidupkan bunsen.
- Sampel yang telah dipanaskan akan
menguap dan masukan pipa destilasi, setelah dipasangkan dengan kondensasi,
maka uap akan berubah menjadi air.
- Air akan menetes dari alat
destilasi dan dihasilkan air destilata.
Setelah proses fermentasi dan destilasi
dilakukan, terdapat sisa/ampas dari proses pemerasan. Ampas tersebut kemudian
penulis proses kembali menjadi kompos, sehingga dari proses ini limbah yang
dihasilkan sangat minim.
3.5 Kesulitan-Kesulitan
Kesulitan-kesulitan
yang penulis hadapi dalam penelitian ini, yaitu :
1. Data-data terbaru tentang volume pasar dari berbagai kota dan daerah.
2. Pembuatan penarapan teknologi murah dan ramah lingkungan tapi mempunyai
dampak positif yang besar.
3. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola limbahnya sendiri.
4. Temperatur saat destilasi harus konstan dan stabil (yaitu, antara 78º-86ºC)
agar alkohol yang didapat berkadar tinggi.
5. Terbatasnya dana riset dan kurang lengkapnya peralatan laboratorium sekolah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sumber Sampah
Salah satu penyebab kerusakan alam dan
lingkungan hidup di wilayah perkotaan yang menimbulkan dampak negatif pada
masyarakat adalah masalah sampah. Sampah merupakan sisa buangan setiap
aktifitas/kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat baik langsung maupun
tidak langsung. Permasalahan sampah dapat ditimbulkan akibat adanya pertambahan
jumlah penduduk setiap tahun, sarana prasarana berkurang, berkembangnya wilayah
perkotaan, sumber daya manusia yang kurang mencukupi, sistem manajemen
pengelolaan sampah yang tidak baik, terbatasnya lahan untuk pembuangan sampah,
tidak adanya pendidikan lingkungan di masyarakat, khususnya masalah sampah
serta kurangnya pemahaman masyarakat akan arti pentingnya menjaga lingkungan.
Volume
sampah yang semakin besar akibat aktifikat kehidupan masyarakat baik masyarakat
pemukiman, perdagangan (pasar) dan perkantoran, apabila tidak dikelola secara
benar, maka akan berpotensi menimbulkan masalah. Pemahaman yang dianggap benar
oleh masyarakat bahwa permasalahan sampah adalah tanggung jawab pemerintah saja haruslah diubah
menjadi tanggung jawab kita bersama. Pemahaman di masyarakat khususnya pada
masyarakat pedagang yang selama ini ada adalah mereka hanya berkewajiban untuk
membayar retribusi sampah, untuk itu mereka mendapatkan kompensasi atas
retribusi yang dibayarkan lewat Dinas Pengelola Pasar Pemerintah Daerah/Kota.
Pasar
sebagai tempat berlangsungnya jual beli barang yang dibutuhkan oleh setiap
komunitas, semakin besar dan kompleksnya suatu komunitas, maka semakin banyak
pasar yang dibutuhkan. Dalam lingkungan pasar, sunber-sumber sampah pasar dapat
diklasifikasikan berdasarkan jenis barang yang diperdagangkan. Pasar umum
memiliki jenis sumber sampah yang lebih banyak dibandingkan pasar khusus, yakni
pasar yang hanya memperjual belikan kelompok barang tertentu, misalnya pasar
buah dan sayur seperti di Pasar Baru Bekasi. Jenis barang yang diperjual
belikan dalam suatu pasar mempengaruhi volume serta sifat dari sampah yang
dihasilkan. Sampah pasar memiliki karakteristik khas, volumenya besar, kadar
air tinggi, serta mudah membusuk. Oleh karena itu pengelolaan sampah pasar
perlu dilakukan secara tepat. Selain ditinjau dari karakteristik sampahnya,
pasar umumnya terletak pada area yang strategis, sehingga keberhasilan
pengelolaan sampah secara baik dan benar akan terasa oleh masyarakat dan
lingkungan sekitarnyaData Volume Sampah Pasar dari Berbagai Sumber
No.
|
Nama Pasar
|
Lokasi
|
Sampah Yang di Hasilkan (m³/hari)
|
1.
|
Pasar Kramat Jati
|
Jakarta
|
300.000
|
2.
|
Pasar Baru Bekasi
|
Kota Bekasi
|
60
|
3.
|
Pasar Bogor
|
Kab. Bogor
|
56
|
4.
|
Pasar Tambun
|
Kab. Bekasi
|
24
|
5.
|
Pasar Cikarang
|
Kab. Cikarang
|
40
|
6.
|
Pasar Cilegon
|
Kab. Serang
|
60
|
Tabel 2. Volume Sampah dikawasan JABOTABEK
Sumber : Harian Sinar Harapan (tgl / bln / thn)
4.2
Sistem Pengelolaan Sampah Pasar Baru Bekasi Saat Ini
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan
dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan kegiatan tersebut dalam pengelolaan sampah
seperti pada gambar berikut:
Gambar 5. Tahapan Pengelolaan Sampah Pasar
Saat ini
Dari sumber penghasil sampah dilakukan
pewadahan dilanjutkan dengan pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan lalu
dilanjutkan pembuangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sistem ini merupakan
sitem manajemen pengelolaan sampah yang sering diterapkan dalam penanganan sampah
selama ini. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat
asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak
sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara
(TPS/Dipo). Pengumpulan (tanpa pemilahan), umumnya melibatkan sejumlah tenaga
pengumpul sampah setiap periode waktu tertentu.
Tahapan pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat
pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada
periode tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Dengan metode ini tentu saja sampah tidak
mempunyai manfaat sama sekali, belum lagi proses pengankutan yang jauh
mengakibatkan biaya transportasi begitu mahal.
4.3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Pengelolaan sampah akan berakhir di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Secara spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya
sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan
dan pembuangan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya
diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut
dapat dicapai dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru
tentang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang lebih sering dianggap hanya
merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah
Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan
fasilitas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dirasakan kurang prioritas
dibanding pembangunan sektor lainnya.
Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah
mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu yang panjang.
Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih
lambat; bahkan ada bebrapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara
yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah
sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa
setelah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) selesai digunakan pun masih ada proses
yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu
lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) yang telah ditutup.
Melalui metode yang penulis sarankan ini
diharapkan mampu memperpanjang umur TPA serta tidak mengorbankan para pengepul
barang bekas, karena metode ini hanya akan memproses sampah organik.
4.4 Sistem Pengelolaan Sampah Dengan Metode
Fermentasi dan Destilasi
Secara umum teknologi pengelolaan
limbah organik ini adalah proses pembusukan suatu bahan organik dan
penyulingan suatu zat yang akan menguap pada titik didihnya, dalam hal ini
gugus alkohol adalah zat yang di cari dari proses destilasi ini. Saat proses
fermentasi penulis diamkan sampah organik yang telah dicampur ragi selama 9
hari. Temperatur yang di gunakan saat destilasi berkisar antara 78°-86°C
celcius. Di bawah ini konsep dari proses
destilasi tersebut :
Gambar 6. Konsep Pengelolaan Sampah Pasar
Yang Baru
Dari berbagai metode
destilasi, penulis menggunakan destilasi bertingkat tetapi penulis perkirakan
apabila menggunakan metode destilasi yang diterapkan untuk penyulingan minyak
bumi, akan menghasilkan alkohol yang lebih murni dan lebih tinggi kadar
oktannya.
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi saat proses destilasi
dilakukan :
Ø Energi input yang diberikan akan menaikkan
tekanan uap
Ø Tekanan uap berkaitan dengan peristiwa
mendidih
Ø Makin tinggi tekanan uapnya makin rendah suhu
yang dibutuhkan untuk mendidih.
Ø Tekanan uap dan titik didih pada campuran
bergantung pada banyaknya komponen pada campuran
Ø Peristiwa destilasi dapat terjadi bila ada
perbedaan tekanan uap dan titik
didih antara komponen pada campuran.
Beberapa bahan-bahan organik padat yang
dapat dijadikan kompos, seperti limbah organik rumah tangga, sampah-sampah
organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertaniah,
limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah
pabrik kelapa sawit, dll. Selain mengenal bahan-bahan yang dapat dijadikan
kompos kita juga harus memahami dengan baik proses pengomposan agar dapat membuat
kompos dengan kualitas baik.
Gambar 7. Proses Umum Pengomposan Limbah Padat Organik
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah
bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap
awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan
cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50º - 70ºC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba
Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di
dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi
CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu
akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan
kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses
pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan
ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan. Proses pengomposan
dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada
oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana
mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses
anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena
akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam
asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Di bawah ini adalah tabel yang menggambarkan jenis
organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Kelompok Organisme
|
Organisme
|
Mikroflora
|
-Bakteri
-Aktinomicetes
-Kapang
|
Mikrofauna
|
Protozoa
|
Makroflora
|
Jamur tingkat tinggi
|
Makrofauna
|
Cacing tanah, rayap, semut, kutu dll
|
Tabel 3. Organisme Yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan
Di bawah ini faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengomposan :
Proses pengomposan tergantung pada karakteristik bahan
yang dikomposkan, aktivator pengomposan yang dipergunakan, metode pengomposan
yang dilakukan. Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi
lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka
dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat
organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme
tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan
kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan
proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses
pengomposan antara lain:
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar
antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba
mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio
C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat.
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga
menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang
cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi
peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih
dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan
kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi
proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat
ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam
tumpukan kompos.
Porositas
Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam
tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan
volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan
mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air,
maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam
proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay
oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik
tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk
metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila
kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang,
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik
yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan
langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi
temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos. Temperatur yang berkisar antara 30º - 60ºC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60ºC akan membunuh sebagian
mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu
yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih
gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang
lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5.
pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan
sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri.
Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari
senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase
awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan
dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan
yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn,
Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat
akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
Di bawah ini tabel yang menggambarkan kondisi yang
optimal untuk mempercepat proses pengomposan :
Kondisi
|
Kondisi yang bisa diterima
|
Ideal
|
Rasio C/N
|
20:1 s/d 40:1
|
25-35:1
|
Kelembaban
|
40-65%
|
45-62% berat
|
Konsentrasi oksigen tersedia
|
>5%
|
>10%
|
Ukuran partikel
|
1 inchi
|
bervariasi
|
Bulk Density
|
1000 lbs/cu yd
|
1000 lbs/cu yd
|
pH
|
5,5-9,0
|
6,5-8,0
|
Temperatur
|
43-66ºC
|
54-60ºC
|
Tabel 4. Kondisi Yang Optimal Untuk Mempercepat
Proses Pengomposan
4.6 Manfaat Kompos
Adapun manfaat kompos ditinjau dari beberapa aspek, seperti aspek ekonomi,
aspek lingkungan, dan aspek bagi tanah / tanaman adalah sebagai berikut :
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
2. Mengurangi volume/ukuran limbah.
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
Aspek Bagi Tanah / Tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah.
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah.
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ø Perubahan pengelolaan sampah dari sistem
lama ke sistem baru yang menekankan pada proses pemilahan, pengumpulan,
pemprosesan manjadi bahan yang bernilai ekonomis, sedikit demi sedikit perlu
dikenalkan kepada masyarakat khususnya pengelola, pedagang dan pengunjung
pasar.
Ø Sistem pengelolaan sampah pasar menjadi
alkohol dan kompos memberikan banyak keuntungan secara ekonomis karena dapat
menyumbangkan untuk pembiayaanpengelolaan sampah itu sendiri sehingga
mengurangi beban APBD Kota Bekasi.
Ø Manajemen pengelolaan sampah pasar secara
makro akan memberikan dampak yang sangat positif kepada perkembangan
perekonomian Kota Bekasi karena masyarakat akan lebih senang datang ke pasar
tradisional.
5.2 Saran-Saran
Ø Pengelola kebersihan pasar Kota Bekasi perlu untuk menyediakan
tempat sampah sesuai dengan jenis sampah yang dhasilkan oleh pedagang.
Ø Metode pengelolaan sampah pasar yang penulis rekomendasikan ini
dari perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak agar benar – benar
terlaksana.Slogan – Slogan tentang kebersihan perlu dipasang ditempat- tempat
yang strategis.
Ø Komposting dari sampah pasar perlu mendapat perhatian khusus
dari semua pihak agar benar – benar terlaksana.
Ø Slogan – Slogan tentang kebersihan perlu
dipasang ditempat- tempat yang strategis.
DAFTAR PUSTAKA
Mamun Sjefudin, 2007, Majalah Proses Jawa Barat, Bandung
Sinar Harapan 2002
No comments:
Post a Comment