PERBEDAAN WANITA JAHILIYAH DAHULU
DAN WANITA JAHILIYAH MODERN
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH
SATU PERSYARATAN
GUNA MENGIKUTI UJIAN
SEKOLAH/UJIAN NASIONAL
OLEH :
IRHAMNI
NIS : 09.1430
JURUSAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI
TOMINI
TAHUN AJARAN 2011/2012
HALAMAN
PENGESAHAN
Karya tulis ini diajukan sebagai salah
satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Sekolah atau Ujian Nasional Tahun ajaran
2011/2012 guna mendapatkan ijazah pada Madrasah Aliyah Negeri Tomini.
Disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
SLAMET SUPRIHATIN, S.Pd.I
NIP. 19810309 200604 1 019
|
|
|
Mengetahui
Kepala Madrasah Aliyah Negeri Tomini
Drs. JUFRI MASALIHU
NIP. 19680709 199603 1 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan taufik dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ini
dengan judul “PERBEDAAN WANITA JAHILIYAH DAHULU DAN WANITA JAHILIYAH MODERN”.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, para sahabat yang setia terhadap ajaran dan sunahnya hingga akhir
zaman. Semoga kelak di yaumil qiyamah kita mendapat syafaatnya. Amin . . . .
Selanjutnya dalam penyusunan karya tulis ini, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisannya yang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik serta saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan karya tulis ini. Sehubungan
dengan karya tulis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang selalu
mendukung penulis baik secara moril maupun doa.
2. Bapak Drs. Jufri Masalihu selaku
Kepala Madrasah Aliyah Negeri Tomini.
3. Ibu Slamet Suprihatin, S.Pd.I selaku pembimbing yang selalu memberikan
kritik dan saran pada penulis.
4. Guru-guru MAN Tomini yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Teman-teman kelas XII Agama yang
telah membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Dan penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat
bagi masyarakat pada umumnya dan terutama bagi penulis itu sendiri. Semoga apa
yang kita lakukan mendapat pahala dari Allah SWT.
Sumber Agung,
Penulis
Irhamni
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Judul .......................................................................... 3
2.2 Wanita Jahiliyah Dahulu dan Wanita
Jahiliyah Modern ............. 3
2.3 Beberapa Contoh Perbuatan Fahsya Pada
Zaman
Zaman Jahiliyah Modern ............................................................. 5
2.4 Bertafakhur Sesaat ...................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 14
3.2 Saran-saran ................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ribuan tahun yang
lalu, kurang lebih dua zaman yang telah berlalu dimana Al-Qur’an menyebutnya
sebagai permulaan zaman jahiliyah. Pertama, zaman antara Nabi Nuh a.s dan Nabi
Idris a.s. Kedua, zaman antara Nabi Isa a.s dan Nabi Muhammad SAW.
Wanita-wanita pada kedua zaman ini mengekspos tubuh mereka dan menyalahgunakan
kebebasan untuk meninggalkan rumah-rumah mereka hingga ke suatu tahap yang
belum pernah dilihat pada zaman itu. Akibatnya mereka dijadikan sasaran
tontonan dan diambil manfaatnya oleh semua orang. Mereka berjalan
lenggak-lenggok di jalanan, dihiasi dengan permata dan wewangian, memamerkan
kecantikan tubuh mereka dengan pakaian setengah telanjang untuk menarik
perhatian hidung belang.
Masyarakat yang tidak bermoral pada hari ini, khususnya para
pengikut kebudayaan Barat, mereka berusaha untuk menciptakan zaman Jahiliyah
pada saat ini. Mereka merancang berbagai model pakaian wanita yang merangsang
dapat membangkitkan nafsu syahwat kaum lelaki.
Untuk menjaga kesucian dan memelihara moral suatu masyarakat,
faktor yang paling penting adalah dengan meminimalkan pergaulan bebas antara
lelaki dengan wanita. Cara terbaik untuk memastikan penjagaan ini yaitu wanita
tidak meninggalkan rumah tanpa alasan yang perlu. Kebiasaan selalu bergaul
dengan lelaki yang bukan mahram dan mengadakan kontak dengan mereka akan
berakhir dengan godaan (fitnah) yang besar, terbukti pada masyarakat jahiliyah dahulu
dan masyarakat jahiliyah modern. Oleh karena itu Al-Qur’an secara khusus
memerintahkan agar wanita tetap tinggal di rumah-rumah mereka.
Purdah atau jilbab dewasa ini (yang dipakai oleh sebagian
wanita muslimah) juga berfungsi sebagai jilbab hijab atau jilbab sebagai
kebiasaan wanita-wanita muslimah sejak zaman permulaan Islam, yang sekarang
sedang dihilangkan oleh orang-orang yang terpengaruh pemikiran Barat. Untuk
mencapai maksud mereka itu, mereka menterjemahkan Al-Qur’an dan Hadits menurut
hawa nafsu mereka sendiri. Dengan demikian mereka menyesatkan diri mereka
sendiri dan membawa orang lain kepada kesesatan. Semoga Allah SWT memberi petunjuk
kepada kita dan melindungi kita dari kesesatan itu.
1.2 Tujuan Penulisan
-
Untuk memenuhi tugas karya tulis yang telah
diberikan sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) atau Ujian
Sekolah (US) .
-
Untuk melatih diri dalam melaksanakan tugas yang
telah diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Judul
2.1.1
Pengertian Jahiliyah
Kata jahiliyah diambil dari bahasa arab (جَاهِلِّيَّهِ = Jahilliyyah) yang berarti
“Ketidaktahuan petunjuk illahi” atau “Kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari
Tuhan”. Pengertian khusus untuk Jahilliyah adalah keadaan seseorang yang tidak
memperoleh bimbingan dari Islam dan Al-Qur’an.
Pengertian jahiliyah pada umumnya yaitu keadaan orang-orang
arab sebelum Islam muncul. Menurut Hamka adalah kebohongan, ketidak mengertian
atau ketidak tahuan.
2.2 Wanita Jahiliyah Dahulu dan Wanita
Jahiliyah Modern
Ribuan tahun yang
lalu, kurang lebih dua zaman yang telah berlalu dimana Al-Qur’an menyebutnya
sebagai permulaan zaman jahiliyah. Pertama, zaman antara Nabi Nuh a.s dan Nabi
Idris a.s. Kedua, zaman antara Nabi Isa a.s dan Nabi Muhammad SAW.
Wanita-wanita pada kedua zaman ini mengekspos tubuh mereka dan menyalahgunakan
kebebasan untuk meninggalkan rumah-rumah mereka hingga ke suatu tahap yang
belum pernah dilihat pada zaman itu. Akibatnya mereka dijadikan sasaran yang
dipertontonan dan diambil manfaatnya oleh semua orang. Seharusnya wanita dijaga
seperti harta kekayaan yang berharga serta dilindungi secara baik. Akan tetapi
wanita-wanita zaman itu telah menjadi tontonan umum yang dapat digunakan oleh
setiap orang kapan saja. Mereka berjalan lenggak-lenggok dijalanan, dihiasi
dengan permata dan wewangian, memamerkan kecantikan tubuh mereka dengan pakaian
setengah telanjang untuk menarik perhatian hidung belang.
Seringnya wanita-wanita itu berhubungan dengan lelaki selain
suaminya, menyebabkan kondisi kadang-kadang dipakai oleh suaminya, dan pada
saat yang lain dipakai untuk menyenangkan kekasihnya. Tanpa mengindahkan
kehormatan, kesucian, dan kesopanan. Wanita-wanita seperti itu tidak
segan-segan menyenangkan lelaki ajnabi dengan perbuatan-perbuatan yang menarik
perhatian. Al-Qur’an menyebut perbuatan fahsya seperti itu sebagai tabarruj
jahiliyah.
Masyarakat yang tidak bermoral pada hari ini, khususnya para
pengikut kebudayaan Barat, telah terjerumus pada kemesuman dan peradaban yang
tidak bermoral dan mereka berusaha untuk menciptakan zaman Jahiliyah pada saat
ini. Pakaian yang seksi, godaan wanita-wanita penghibur, tingkah laki-laki
hidung belang yang mesum dan tidak mempunyai rasa malu dalam masyarakat
jahiliyah saat ini, semuanya telah dilegalisir dan dianggap sebagai peradaban
modern. Ternyata, kejahilan saat ini tidak hanya menyerupai jahiliyah dahulu,
akan tetapi telah jauh menyimpang dari syariat Islam.
Tidak diragukan lagi bahwa kaum wanita hari ini mempunyai
hak-hak dan kebebasan yang legal. Akan tetapi, apakah dengan hak-hak itu wanita
dapat bebas meninggalkan rumah-rumah mereka dengan mengenakan pakaian yang
seksi dan berjalan-jalan ditempat umum ? Tentu tidak !
Model pakaian wanita yang merangsang dapat membangkitkan
nafsu syahwat kaum lelaki. Para wanita berjalan dengan genit supaya menarik
perhatian laki-laki. Dengan cara ini, seorang wanita perawan dapat menggaet
beberapa orang pria sekaligus. Sedangkan wanita yang telah menikah mengadakan
beberapa saingan dengan suaminya. Wanita-wanita yang telah bersuami dapat
dengan bebas berjumpa dan bersenda gurau dengan lelaki lain tanpa izin suami
mereka. Dengan demikian, hukum tidak memihak kepada suami dan tidak memiliki
hak untuk mencampuri tingkah laku istri-istri mereka, karena ia sendiri
memiliki hak untuk melakukan apa saja sesuka hatinya. Apakah masyarakat modern
diwajibkan untuk tidak membela dan menjaga nilai-nilai moral suatu masyarakat,
akan tetapi kebalikannya untuk meyakinkan bahwa masyarakat itu menyediakan
semua fasilitas yang disumbangkan dan membantu perkembangan peradaban yang
tidak bermoral itu.
Di jazirah Arab pada zaman jahiliyah dahulu, wanita-wanita
biasa keluar rumah dengan berhias untuk menunjukkan kecantikannya dan untuk
bergaya seperti wanita-wanita jahiliyah masa kini. Perbuatan demikian
diharamkan oleh Islam. Islam mengajarkan tempat tinggal wanita adalah di dalam
rumahnya. Jika seorang wanita mempunyai keperluan untuk meninggalkan rumahnya,
maka ia harus menyembunyikan kecantikannya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memakai purdah atau jilbab yang menutupi tubuhnya.
2.3 Beberapa Contoh Perbuatan Fahsya Pada
Zaman Jahiliyah Modern
Mahasiswa-mahasiswa disebuah Universitas di Amerika ditanya dalam
sebuah survey untuk mendaftarkan keahlian-keahlian yang perlu dimiliki sebelum
memasuki sebuah universitas. Tidak kurang dari 200 Mahasiswa memberikan
jawaban. Hasil survey tersebut secara ringkas diceritakan dalam sebuah surat
kabar di Lahore (Pakistan) sebagai berikut :
“Para Mahasiswa harus berhati-hati tentang apa itu
maskulinitas (kejantanan), feminitas (kewanitaan), karakteristik dan
keperluan-keperluan mereka. Seorang wanita harus bisa berdansa, merokok,
meminum-minuman keras, dan berpelukan, sebagai syarat menjadi anggota sebuah
perkumpulan lawan jenis. Ia tidak boleh pandang bulu dengan setiap lelaki yang
tertarik kepadanya. Sebaliknya, ia harus menyeleksi pandangannya sesuai dengan
selera dan minatnya. Ia juga harus mengetahui bagaimana ia membawa dirinya
dengan seorang yang pura-pura mabuk atau yang datang cukup kuat dan
bertentangan dengan kehendaknya. Ada sebuah jawaban dari seorang Mahasiswi yang
agak spesifik. Ia berkata bahwa sebaiknya setiap Mahasiswi mempunyai beberapa
pengalaman sebelumnya dalam hal berpelukan dengan laki-laki agar tidak
memalukan karena dianggap “kampungan” ketika memasuki Universitas. Dengan
demikian mereka akan memiliki kebolehan untuk membawa diri mereka secara
efektif dengan laki-laki lain, para dosen, dan staf Universitas. Ia juga harus
mengetahui bagaimana ia menarik diri secara fisik dengan bijaksana dari
orang-orang yang tidak ia sukai.”
Di Glasgow, wanita-wanita muda memasang iklan bahwa mereka
mengadakan posko saling cium yang bertujuan untuk menghimpun dana bagi para
Mahasiswa di kota itu. Dalam sekali ciuman, mereka memperoleh 6 shalling, dan
mereka berhasil menghimpun dana sebesar ribuan pound !
Sebuah majalah, Masyari Khayal, menyatakan bahwa di London
tercatat 30.000 orang wanita melakukan praktek prostitusi (zina) dengan lisensi
legal, belum lagi yang ilegal. Jika seorang wanita didatangi sedikitnya 5 orang
perhari, maka angka ini sangat spektakuler, yaitu setiap hari ada 150.000 orang
atau 5.475.000 orang dalam setahun secara terbuka melakukan zina yang
dilegalkan di London.
Ada juga sebuah organisasi yang dikendalikan oleh
wanita-wanita di London. Anggota-anggotanya (yang terdiri dari pria dan wanita)
bersumpah tidak akan pernah menikah, tetapi ternyata mereka saling mencintai
sesama mereka dan melakukan hubungan seksual secara haram yang bertentangan
dengan Undang-undang asosiasi mereka sendiri.
Keperluan-keperluan yang sama bagi kesenangan seksual ini
menyebabkan diadakannya Kongres Ekhsibisi Internasional di Barat.
Pameran-pameran dari komoditi apa? Bukanlah barang-barang komersial, akan
tetapi pertunjukan-pertunjukan yang indah untuk dipertontonkan dan untuk
membuat penilaian terhadap tubuh wanita. Tujuan diadakannya
pertunjukan-pertunjukan yang indah itu ialah untuk memilih wanita dari negara mana
yang paling cantik. Baru-baru ini ada pertunjukan paha-paha mana yang paling
indah. Agar seorang wanita memenangkan pertandingan itu, ia harus memiliki
bentuk paha, warna, ukuran yang indah. Para pemenang pertunjukan itu akan
diberi hadiah. Kita dapat membayangkan betapa rendahnya martabat manusia pada
saat ini.
Contoh-contoh di atas, bukanlah berasal dari seluruh negara
barat, tetapi hanya beberapa saja dan dalam kurun waktu yang singkat (kurang
lebih 76 tahun yang lalu). Namun semoga cukup untuk memberikan pengetahuan
kepada kita bahwa pergaulan bebas dan perbuatan tidak bermoral antara lelaki
dan wanita telah merendahkan harkat dan martabat manusia hingga ke derajat
binatang yang paling rendah. Hal di atas menunjukkan dengan jelas bahwa apabila
manusia mengabaikan syariat agama dan lebih memilih undang-undang buatan mereka
sendiri serta modernisasi, maka akan menyebabkan hilangnya karakteristik yang
telah menjadi ciri khas manusia. Mereka mengorbankan kebahagiaan sejati,
kedamaian batin, dan kesentosaan. Sedangkan pintu-pintu neraka terbuka untuk
menelan manusia-manusia yang durhaka.
Inilah kebudayaan progresif dan budaya yang telah mendapat
penerangan yang penggemarnya ialah orang-orang baru yang fanatik (pemuda-pemuda
yang senantiasa mendapat penerangan) sedang menanti kita. Artikel-artikel dan
selebaran-selebaran yang menentang dan menggambarkan hijab secara keliru
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syari’at yang memenuhi berbagai media
masa, baik cetak maupun elektronik, agar orang-orang asia mengikuti jejak
orang-orang barat, yaitu melepaskan hijab tanpa rasa malu. Celakanya, kita
telah bisu, tuli dan buta. Hati kita telah ditutupi dari kebenaran, dan
pikiran-pikiran kita telah terhipnotis. Kita tidak berani lagi membela
kebenaran serta cahaya agama Islam. Hal ini disebabkan oleh kerusakan moral
akibat menanggalkan hijab yang diajarkan syariat Islam kepada para pengikutnya.
Untuk menjaga kehormatan, kesopanan, kesucian, dan keimanan, kita diperintahkan
untuk menghapuskan kejahilan pada periode sebelum Islam, tetapi juga memerangi
segala yang menyerupai dengannya, jahiliyah modern misalnya.
Itulah alasan turunnya syariat Islam yang bertentangan dengan
Tabarruj Jahiliyah yang pada akhirnya membantu meningkatkan akhlak dan
moral serta memastikan akibat-akibat yang positif.
2.4 Bertafakhur Sesaat
Uraian di atas memperjelas
kepada kita bahwa betapa mendalamnya hikmah dibalik kewajiban dari Allah dan
Rasul-Nya kepada kita mengenai jilbab/hijab, dan berapa terperinci diberikan
kepada kita setiap aspek tentang hijab. Demikian kita diperintahkan dengan
tegas untuk mengikuti perintah ini.
Sebagai muslim, kita harus berfikir sampai ketaraf bagaimana
sebaiknya kita mengikuti Al-Qur’an yang kita imani, dan sejauh mana kerisauan
dan kepedulian kita kepada perintah-perintahnya. Sebagaimana dalam ayat
Al-Qur’an berikut ini, Rasulullah SAW berkata kepada Allah (mengenai kita) :
يَارَبِّ اِنَّ قَوْمِنْ
اِتَّخَذُوْاهَذَاالْقُرْاَنَ مَهْجُوْرًا
Artinya : “Ya
Tuhanku, sesungguhnya umatku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak
diacuhkan”. (Q.S Al-Furqan : 30)
Kita beriman kepada Allah dan juga yakin bahwa pada hari
kiamat kita semua akan dihadapkan kepada Allah SWT dan kita harus mempertanggung
jawabkan semua amal perbuatan kita. Bagaimana keadaan kita jika berhadapan
dengan-Nya dan bertanya kepada kita, “Aku telah menjelaskan kepadamu segala
adab bagaimana menjalankan kehidupan dan aku telah membedakan dengan jelas mana
yang halal dan mana yang haram. Seberapa banyak tingkah lakumu, pikiranmu, dan
perbuatanmu yang mencerminkan rasa takut kepada-Ku ?”
Pada hari kiamat kita juga akan berhadapan dengan Rasulullah
SAW. Panas matahari yang begitu dekat dengan kita, suatu hari yang tak terbayang
kedahsyatannya, serta kehausan yang tak tertahankan. Nabi akan membawa kita ke
telaga Kautsar untuk minum. Tapi pernahkah kita berfikir bagaimana jika beliau
melihat keadaan kita ? Kita yang
menghabiskan seluruh kehidupan kita dengan tidak memperdulikan ajarannya
dan tidak mau mengikuti jejak langkahnya dalam menjalani kehidupan, bagaimana
kita akan meminta Nabi SAW untuk memberi minuman dengan tangan beliau yang
berkah ? Jika kita berlumuran dengan dosa. Sudahkah kita mengikuti ajaran
beliau dalam kehidupan kita dalam hal penampilan, cara berpakaian, atau dalam
segala aspek kehidupan kita.
Perintah hijab /jilbab merupakan sesuatu yang sangat penting.
Dan sesuatu hal yang tak diragukan lagi, bahwa apabila seseorang berhasil
melaksanakan perintah ini, maka ia tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam
menaati perintah-perintah Allah lainnya. Ini adalah salah satu obat yang sangat
pahit untuk ditelaah dalam hal ketaatan, tetapi paling bermanfaat yang
menjadikan seseorang muslim lebih cepat dan lebih mendekat kepada Allah SWT.
Pada hari ini standar kesalihan kita terbatas pada bacaan doa
yang panjang-panjang, tasbih, shalat sunah, membaca buku, shaum apabila
memungkinkan, mengeluarkan zakat dan sedekah serta melaksanakan
perintah-perintah Allah yang tidak bertentangan dengan hawa nafsu. Kita rela
melalaikan dan mengesampingkan semua perintah dan larangan yang merendahkan
cara hidup, nafsu, dan keinginan kita. Kita mengaku beriman kepada Allah tetapi
tidak berhenti mengingkari-Nya, bahkan walaupun perintah-perintah itu wajib ke
atas diri kita untuk menahan diri dari semua yang diharamkan Allah. Fondasi
keshalihan dibina dengan memohon ampun kepada Allah atas segala ketidaktaatan
kita dan pembangkangan kita kepada-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
اِتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ
اَعْبَدَالنَّاسِ
Artinya : “Takutlah
dari melakukan yang diharamkan, maka engkau akan menjadi sebaik-baik hamba
Allah”.
Dosa menolak memakai hijab/jilbab lebih dahsyat dari pada
dosa-dosa lainnya, dan keadaan yang kritis ini harus segera dihentikan dan
berazam untuk tidak mengulanginya. Beberapa alasan dikemukakan sebagai berikut
:
1. Menanggalkan jilbab merupakan suatu
dosa yang dilakukan secara terbuka karena semua orang melihatnya. Seseorang
yang melakukan dosa ini walaupun tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia secara
terbuka menyatakan kepada setiap orang disekitarnya bahwa ia tidak perduli
kepada perintah-perintah Allah, dan ia memberontak melawan Allah. Nabi SAW
bersabda : “Semua umatku berhak mendapat ampunan, kecuali mereka yang
melakukan dosa yang secara terbuka”.
Kebenaran ini tidak hanya bagi agama, bahkan di bawah undang-undang
kerajaan manapun di dunia ini, mereka yang melakukan penghianatan secara
terang-terangan kepada pemerintah tidak akan diampuni.
2. Konsekuensi dosa yang disebabkan tidak
memakai jilbab atau hijab tidak terbatas hanya kepada pelakunya saja (karena
mendorong dan menyebarkan kemesuman dari tingkah laku yang memalukan), tetapi
juga akan berakibat kepada masyarakat luas yang akan tertimpa adzab Allah di
dunia dan akhirat. Biasanya dosa seperti itu akan membuka jalan bagi segala
macam kerusakan dan kemaksiatan.
Sebaiknya kita menyadari bahwa kehidupan di dunia sangatlah singkat,
sedangkan kehidupan akhirat kekal abadi. Kita juga mesti menyadari bahwa dengan
tidak memakai jilbab sebenarnya kita menganiaya diri kita sendiri di dunia dan
melaknat diri kita di akhirat, serta menjerusmuskan ke dalam api neraka.
Apabila sebutir batu bara diletakkan di atas tangan kita, maka kita tidak
sanggup menahan panasnya walaupun hanya sedetik. Lalu mengapa kita tidak pernah
berpikir betapa panasnya api neraka jahanam?
Jika kita tidak mempunyai kerisauan bahwa ayah kita, suami kita, atau
kaum keluarga kita tidak setuju dan tidak suka dengan perintah-perintah Allah,
maka kita juga harus berpikir apakah ini merupakan suatu alasan yang diterima
dihadapan Allah pada hari kiamat ? Apakah Allah akan mengampuni kita jika kita
mengatakan bahwa tidak mengikuti perintah-perintah Allah karena kita takut
tidak menyenangkan keluarga dan sahabat-sahabat kita. Sekalipun demikian, hukum
Allah mutlak dan tak dapat diubah lagi.
لاَطَاعَةَلِلْمَخْلُوْقِ فِيْ
يَعْصِيَةِالْخَالِقِ
Artinya : “Tidak
boleh menaati makhluk apabila menyuruh maksiat kepada Khaliq (Allah SWT)”.
Oleh karena itu, jika seseorang menghendaki kita untuk
mengingkari Allah, maka haram bagi kita untuk mengikutinya. Kita harus menolak
permintaannya. Kita harus berfikir apakah orang yang berusaha kita senangkan
dengan mendurhaki Allah, bersedia menerima dan menanggung akibatnya, yaitu azab
Allah pada hari kiamat. Allah dengan jelas menerangkannya di dalam Al-Qur’an :
“Ketika
orang-orang yang diikuti terlepas diri dari orang yang mengikutinya, dan mereka
melihat siksa, segala hubungan antar mereka terputus sama sekali. Dan
berkatalah orang-orang yang mengikuti ‘seandainya kami mendapat peluang sekali
lagi (untuk kembali), pasti kami akan terlepas diri dari mereka, sebagaimana
mereka berlepas diri dari kami’. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka
amal perbuatannya menjadi penyesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak
akan keluar dari api nereka.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 166-167)
Perhatikan ayat ini, dan menjadi terang bahwa pada hari
kiamat, orang-orang yang tidak memperdulikan perintah-perintah Allah dan
durhaka kepada-Nya, karena mengikuti dan menyenangkan selain dia, akan menjadi
musuh atau semua hubungan antara mereka
akan terputus. Pada hari itu, anak-anak akan menyalahkan orang tua mereka
karena menghalangi mereka dari menaati Allah dan melarang memakai jilbab,
sedangkan orang tua mereka menolak bertanggung jawab. Orang tua mereka hanya
meminta agar tidak terlalu taat, tetapi tidak memaksa. Betapa putus asa dan
tidak berdayanya ketika mereka mengetahui bahwa orang-orang yang berusaha
mereka senangkan ternyata tidak bertanggung jawab atas setiap perbuatan dosa
mereka. Pada hari kiamat, orang-orang yang telah menyesatkannya (termasuk
syetan) akan berkata :
“Dan
berkatalah syetan ketika hijab telah diselesaikan, ‘sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kamu janji yang benar dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi
aku menyalahinya. Sekali-kali aku tidak berkuasa terhadapmu, melainkan sekedar
menyerumu, lalu kamu mengikuti seruanku. Oleh sebab itu janganlah kamu mencerca
aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri, aku sekali-kali tidak dapat
menolongmu dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak
membenarkan perbuatanmu menyekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.’
Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (Q.S. Ibrahim ayat 22).
Demikianlah kita mengetahui bahwa pada hari itu tiada
seorangpun yang datang sebagai penolong bagi orang lain, dan setiap manusia
akan dibiarkan sendiri untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bahkan syetan
akan berkata kepada orang-orang yang mengikutinya, “Sebenarnya aku tidak
mempunyai kekuasaan terhadapmu. Segala yang kuperbuat hanyalah untuk mengujimu
dan aku hanya sekedar menyampaikan kepadamu, akan tetapi kamu memilih untuk
mengikutiku dan melakukan dosa atas kehendakmu sendiri. Sebaliknya, aku muak
denganmu karena mempersekutukan aku dengan Allah dan lebih menaatiku dari pada
Allah. Kamu telah bersama-sama denganku dalam kehidupan dunia dan sekarang kamu
bersama-sama denganku. Kita akan pergi ke neraka dan kekal selama-lamanya di
sana.”
Untuk itu, marilah kita sama-sama bertafakhur, apakah maksud
dan tujuan hidup kita ini adalah untuk menggapai keridhaan Allah atau mengikuti
keinginan sebagian kecil kaum kerabat kita? Demi Allah, mereka yang memutuskan
hubungan dunia mereka semata-mata karena Allah akan mendapat kenikmatan (surga)
di dunia dan akhirat nanti. Akan memperoleh kejayaan sejati. Seseorang yang
berpaling dari manusia dan memutuskan hubungan dengan mereka semata-mata karena
mencari keridhaan Allah serta untuk menghindarkan diri dari adzab Allah yang
kekal, berarti ia telah mencapai kesuksesan yang sejati. Ia akan diberi
ganjaran berupa kesenangan di dunia, maka tidak akan tertandingi. Seorang
penyair berkata:
Engkau
tidak peduli apabila seluruh dunia marah padamu, selama kekasihmu ridha padamu.
Peganglah
ini dalam pemikiranmu seperti yang engkau putuskan.
Apa
yang mesti kau perbuat dan apa yang mesti tidak kau perbuat.
Marilah kita berdoa kepada Allah, semoga kita dianugerahi
kekuatan dan kegairahan, dan semoga kita diberkahi dengan kesempurnaan iman,
keyakinan yang teguh, dan berpedoman kepada Al-Qur’an, serta kemampuan untuk
menaati segala perintah-Nya. Semoga shalawat serta salam tercurah kepada
kekasih Allah Nabi Muhammad SAW sebaik-baik ciptaan, dan ke atas keluarga serta
sahabatnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian
di atas penulis dapat mengambil kesimpulan :
a. Menurut bahasa, Jahiliyah berasal
dari kata “Jahilliyyah” yang berarti “ketidaktahuan petunjuk Illahi”.
Pengertian khusus untuk jahiliyah adalah keadaan-keadaan seseorang yang tidak
memperoleh bimbingan dari Islam dan Al-Qur’an. Sedangkan pengertian jahiliyah
pada umumnya yaitu keadaan orang-orang arab sebelum Islam muncul.
b. Wanita jahiliyah dahulu adalah
wanita-wanita jahiliyah pada zaman permulaan. Pertama, zaman antara Nabi Nuh as
dan Nabi Idris as. Kedua antara Nabi Isa as. dan Nabi Muhammad Saw, dan wanita
jahiliyah modern adalah wanita-wanita yang tidak bermoral pada hari ini,
khususnya para pengikut kebudayaan barat.
c. Beberapa contoh perbuatan fahsya pada
zaman jahiliyah modern adalah maraknya terjadi peranahan, wanita-wanita
dijadikan sebagai bahan pertunjukan, dan sebagainya.
3.2 Saran-saran
Hendaknya kita sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal
janganlah terpengaruh dengan adanya pergantian zaman dan janganlah manusia
meniru gaya-gaya barat, sesungguhnya gaya-gaya tersebut tidak disukai oleh
Allah SWT.
Marilah kita berdoa kepada Allah SWT semoga kita dianugerahi
kekuatan, dan semoga kita diberkahi dengan kesempurnaan iman, keyakinan yang
teguh dan berpedoman kepada Al-Qur’an serta kemampuan untuk menaati segala
perintahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Allen
Endalen, George. 1928. Givilization. London.
Beyer,
Peter. 1994. Religion and Globalization. London : SAGE Publication.
Majalah
Hidayatullah.
Majalah
Sabili.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama : IRHAMNI
Alamat
: Persatuan Utara
Agama : Islam
TTL : Makasar, 10 Agustus 1992
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar : SD
Despot
2. Sekolah Menengah : MTs Tinombala
3. Pendidikan Atas : MAN Tomini
C. ORANG TUA
1. Ayah
Nama :
IBRAHIM
Alamat : Persatuan Utara
Agama : Islam
Pekerjaan :
Tani
2. IBU
Nama : ZUL’AINI
Alamat : Persatuan Utara
Agama : Islam
Pekerjaan :
URT
No comments:
Post a Comment